Seperti kita tahu. Pakaian
yang basah membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk bisa kering
sempurna. 2-3 jam untuk kondisi matahari terik dan tak terhalang. Dan
membutuhkan waktu hingga 1-2 harian untuk kondisi berawan. Waktu-waktu
tersebut adalah relatif, tergantung dari tebal tipisnya pakaian yang
kita jemur.
Untuk agan-agan yang tempat tinggalnya relatif sempit dan tidak memiliki lahan terbuka khusus untuk menjemur pakaian, takaran waktu yang saya sebutkan diatas sudah barang tentu akan menjadi semakin panjang. Pakaian yang terlalu lama kering tentu akan menimbulkan bau apek yang sangat mengganggu. Apalagi kalau agan-agan sekalian tidak menggunakan pengharum pakaian. Dijamin, orang-orang disekitar agan akan sangat terganggu dengan bau yang ditimbulkan. Termasuk agan sendiri.
Untuk agan-agan yang tempat tinggalnya relatif sempit dan tidak memiliki lahan terbuka khusus untuk menjemur pakaian, takaran waktu yang saya sebutkan diatas sudah barang tentu akan menjadi semakin panjang. Pakaian yang terlalu lama kering tentu akan menimbulkan bau apek yang sangat mengganggu. Apalagi kalau agan-agan sekalian tidak menggunakan pengharum pakaian. Dijamin, orang-orang disekitar agan akan sangat terganggu dengan bau yang ditimbulkan. Termasuk agan sendiri.
Belajar dari kejadian-kejadian diatas, ada beberapa solusi yang
mudah-mudahan bisa membantu agar pakaian agan-agan dan aganwati-aganwati
sekalian bisa cepat kering. Berikut adalah cara-caranya:
1. Pelintir dengan lembut, cengkram/genggam dengan keras.
Orang muda, biasanya senang sekali menghambur-hamburkan tenaga,
begitupun saya. Keseringan menonton film kungfu dan film perang, membuat
adrenaline saya bergejolak, selalu memaksakan penggunaan otot kapanpun
bergerak. Kebiasaan ini terbawa-bawa juga kedalam kegiatan sehari-hari
saya sebagai kacung kampret. Kegiatan mencuci pakaian.
Merasa otot-otot lengan saya cukup kuat, setiap lembar pakaian yang akan
dijemur, saya pelintir ugal-ugalan dengan maksud supaya pakaian
tersebut lekas kering ketika dijemur. Dua periode dicuci dan diperas
seperti itu, pakaian masih terlihat baik-baik saja. Tapi setelah cucian
ketiga, pakaian-pakaian yang diperlakukan dengan cara diatas kini lebih
mirip dengan kaus singlet ketimbang pakaian formal. Tipis dan menerawang
kemana-mana. Warnanya pun agak-agak retro vintage alias washed out
binti pudar. Saya menyadari satu hal, mode “pendekar” tidak cocok
diterapkan untuk mencuci pakaian.
Trial pertama error dengan predikat cum laude. Setelah menganalisa
masalahnya, saya menemukan cara kedua, yaitu sedikit dipelintir
menggunakan perasaan, kemudian (sambil) digenggam keras-keras seperti
sedang melatih kekuatan cengkraman tangan. Dengan cara kedua ini,
berlembar-lembar pakaian yang sobek, menjadi tipis, dan pudar karena
menggunakan cara pertama, kini terhindar dari kematian yang sia-sia
(baca: tidak terpakai dan menjadi kain pel.) Warna dan kelenturan bahan
pakaian masih terjaga dengan baik walaupun beberapa kali telah dicuci.
2. Melakukan pemerasan secara berkala.
Pemerasan disini bukan sesuatu yang berkonotasi negatif ya, bisa
ditangkap yang berwajib nanti. Pemerasan yang saya maksud disini adalah;
setelah seluruh pakaian agan selesai dicuci dan digantung/dijemur,
peraslah bagian bawah pakaian-pakaian tadi. Proses pemerasan berulang
bisa dilakukan dalam interval waktu 15-30 menit sekali, sampai
benar-benar tidak bisa diperas atau tidak keluar airnya.
Berdasarkan hukum fisika, air akan selalu mengalir dari tempat yang
tinggi ketempat yang rendah. Hal ini juga berlaku pada pakaian basah.
Air yang terserap bahan pakaian, pelan tapi pasti akan merambat turun ke
bagian bawah pakaian yang kita gantung. Setelah beberapa waktu
tertentu, air tersebut akan terdeposit dengan jumlah yang relatif banyak
- dibandingkan jumlah air dibagian atas pakaian yang kita gantung,
kemudian bila bahan pakaian tidak mampu menahan jumlah air yang
terdeposit, air-air tersebut akan menetes kelantai. Hal ini terus
berulang-ulang hingga pakaian agan-agan sekalian benar-benar kering atau
kadar air yang tertinggal pada pakaian relatif kecil jumlahnya.
Dari pengalaman saya selama berperan sebagai Bawang Putih (baca:
mencuci), masa-masa krusial pengeringan pakaian itu terletak pada
permulaan waktu penjemuran. Semakin awal kita mengurangi deposit air,
semakin cepat pula proses pengeringan yang terjadi.
3. Di angin-anginkan.
Cepat lambatnya proses mengangin-anginkan akan sangat tergantung pada
besar-kecilnya kekuatan kipas angin yang agan-agan gunakan. Semakin
besar diameter bilah kipas, akan semakin baik. Letakkan kipas angin
dibagian samping pakaian-pakaian yang telah dijemur, kemudian gunakan
putaran kipas tertinggi. Bila memungkinkan, aturlah jarak antara pakaian
yang satu dengan yang lainnya sekitar satu jengkal orang dewasa.
Semakin besar ruang antar pakaian akan membuat aliran angin dari kipas
semakin optimal melakukan pekerjaannya.
Note:
Cara-cara diatas hanya berlaku bagi agan-agan yang memiliki mesin cuci
ber-tipe old school (baca: penggilesan) seperti saya. Kalau punya mesin
cuci—beneran—dengan fasilitas pengering, ngapain juga capek-capek
menggunakan cara diatas. Betul tidak? Hehehe.
Semoga Bermanfaat...
0 komentar:
Post a Comment